HUMAS SETJEN DPKN – ASN harus terus menerus kembali ke Fitroh. Fitroh kita adalah orang baik, penghuni surga. Karena kakek moyang kita Nabi Adam dan Siti Hawa adalah penghuni surga. Mari kita bawa semangat kebaikan ini kedalam semua ruang-ruang birokrasi kita. Kita berikan yang terbaik kepada Bangsa dan Negara, kepada masyarakat kita dan kepada rakyat kita. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum DP KORPRI Nasional, Prof. Dr. Zudan Arif Fakrulloh, SH, MH, ketika menjadi Keynote Speech pada Seri Webinar KORPRI Menyapa ASN, edisi Halal bi Halal KORPRI 1444 Hijriyah, Jum’at (5/5/2023) secara Virtual di Jakarta.
Di awal penyampaiannya, Prof. Zudan menjelaskan sekilas sejarah Halal bi halal sebagai tradisi dan budaya yang dibangun sejak ratusan tahun lalu, diperkuat kembali oleh KH. Wahab Hasbullah dari Nahdhatul Ulama bersama Bung Karno pada Tahun 1948, untuk menautkan kembali silaturrahmi dalam suasana politik yang sengat keras pada tahun itu. Direaktulisasi kembali Halal bi Halal masuk ke berbagai sektor formal dalam penyelenggaraan pemerintahan. Halal bi Halal adalah tradisi boleh diikuti oleh siapa saja, beragama apapun, karena ini adalah tradisi, budaya, kultur yang sangat baik untuk saling memaafkan dan kembali mensucikan diri.
Halal bi Halal ini mengangkat tema “Mempererat Silaturrahmi dan Memperbanyak syukur” menghadirkan penceramah Dr. K. H. Ali Hasan Al Bahar, Lc, MA.
Dalam tausiahnya, Dr. Ali Hasan, selain memaparkan secara singkat tentang pentingnya Halal bi Halal, Dosen UIN Jakarta ini juga menjelaskan secara menarik mengenai salah satu Surah dalam Al Qur’an, yaitu Surah Ar Rahman yang dijuluki sebagai pengantin Al Qur’an dengan menyitir Hadits Rasulullah tentang hal tersebut.
Surah Ar Rahman kata Ali Hasan, adalah satu-satunya Surah yang diawali dengan Asmaul Husna, yang bermakna kasih sayang yang amat luas. Surah ke 55 dalam Al Qur’an ini menggambarkan betapa kasih sayangnya Allah kepada ummatnya, karena Allah memberikan hambanya apa yang dibutuhkan, tidak menunggu permintaan, dan semua mendapatkannya, tanpa melihat orang beriman atau tidak, orang beribadah kepadanya atau tidak. Bukankah oksigen tidak mengenal agama. Bukankah air hujan itu jatuh, tidak melihat suku, tidak melihat ras dan agama. Papar Ali Hasan.
Lebih dari 30 kali pertanyaan yang sama diulang di surah Ar Rahman “kenikmatan-kenikmatan Tuhan manakah yang kamu dustakan? Mengajarkan kita untuk terus bersyukur kepada Allah, atas segala kenikmatan yang telah Ia berikan. Lanjutnya.
Jadi, kalau bangsa dan negara yang kekurangan, penuh dengan kesulitan bisa bersyukur, kenapa kita yang di Indonesia yang telah dianugerahi Allah SWT, dengan segala kenikmatan, banjir karunia dan kekayaan yang melimpah masih tidak bisa bersyukur? Sehingga akan sangat memalukan sekali, kalau masih ada orang Indonesia yang tidak bersyukur, apalagi kalau ada Muslim yang tidak bersyukur. Sungguh tidak menghargai nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Kata Habib Ali Hasan Al Bahar, menutup tausiyahnya.